Wednesday, June 22, 2011

Makna Bekerja...

Apa jawaban anda jika anak anda bertanya, “Mengapa Ayah atau Ibu harus bekerja?” Lazim kita sebagai orang tua menjawab, “Mencari uang!”  Jawaban ini tentu saja logis dan masuk akal, tetapi betulkah prioritas dan alasan kita bekerja membanting tulang dan memeras otak semata mencari uang? Bukankah kegiatan mencari uang bisa terdengar sumbang jika uang yang berjumlah jutaan, miliaran, bahkan triliunan rupiah merupakan hasil korupsi atau rekayasa. Jika uang diperoleh, tetapi kualitas hidup dan karakter pribadi tidak menjadi lebih baik, serta ada pihak-pihak yang dirugikan, masihkah bermakna kerja yang kita lakukan?

Banyak orang tidak bisa membayangkan untuk apa uang miliaran atau triliunan dimiliki dan dibelanjakan. Kita juga sering menyaksikan betapa orang yang “berada”, bermobil keren, memakai barang-barang branded, diperlakukan dengan lebih respek dan diberi ruang lebih terhormat di masyarakat. Orang-orang merasa kekurangan uang terus dan mengeluarkan pernyataan bahwa kebutuhan tidak ada habisnya. Betapa kadang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan itu menjadi absurd, sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan dan hanya kita inginkan tetapi karena tertutup nafsu sehingga semuanya seolah-olah menjadi kebutuhan kita dan harus kita miliki. Betapa kita kadang menjadi konsumtif terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan. Dengan tawaran-tawaran pinjaman tanpa agunan, mudahnya berbelanja dengan kartu kredit, gadget teknologi yang selalu baru, orang jadi lupa untuk mempertanyakan keberadaannya di dunia ini, apa misi dan tujuan hidupnya, apa makna hidup dan makna bekerja. Bila tidak pernah memahami hubungan kita dengan uang dan harta, kita tidak pernah mengenal diri sendiri.

Konsep sukses dari dulu dan bahkan sampai sekarang pun tidak bisa kita samakan dengan banyak uang saja. Orang bisa dikatakan sukses bila ia jelas-jelas menyadari dan menggunakan semua fungsi, semua bagian dan seluruh kapasitas dalam dirinya untuk kebaikan orang lain dan masyarakat, bukan semata untuk kepentingan dirinya pribadi. Dalam mengembangkan diri menjadi karakter yang utuh barulah seseorang bisa merasakan kenikmatan, perjuangan dan tantangan dalam bekerja.  Seorang pengusaha yang sukses berkata, “Saya tidak bisa membayangkan punya uang bermilyar-milyar rupiah. Hal yang saya kejar dan upayakan hanya prestasi”.

Seseorang yang mendapatkan promosi atau kenaikan gaji dengan berjuang keras dan  berkompetisi, memiliki pengalaman mengerahkan sumber daya, melatih nyali, bahkan menguji hati nurani. Kenikmatan hasil jerih payahnya ini tentu tidak semata karena akhirnya ia meraih jabatan atau uang, tetapi juga karena pematangan kepribadian. Demam masyarakat dalam dunia yang serba instan inilah yang kadang mempengaruhi mental dan spirit kita untuk berbuat instan juga tanpa memperhatikan pentingnya sebuah proses kehidupan.

Kita memang tidak bisa menghindari kebutuhan kita akan uang. Terlepas dari kebutuhan orang untuk memenuhi rasa amannya melalui pemilikan rumah atau kendaraan yang memadai untuk mendukung aktivitas sehari-harinya, kita juga perlu merancang kualitas perbaikan hidup sambil berjalan. Bila selama ini ingin lebih dan lebih, kita perlu member penekanan pada kualitasnya. Bukan sekedar bekerja dengan melihat hasil akhir, tetapi justru memahami mengapa orang lain lebih bijak, lebih berkualitas kerja, dan lebih efisien.

No comments: