Ada (bukan teori sih) lebih
tepatnya pemahaman baru dari diriku, bahwa kita harus memandang sesuatu hal itu
dengan terbalik. Maksudnya kita harus mengerti dan paham dulu hasil akhir atau
output yang ingin kita dapatkan kemudian baru kita kaji secara mundur bagaimana
cara, proses dan tahapan kita untuk menghasilkan hasil akhir tersebut.
Sebagai contoh jika kita akan
mendapatkan suatu proyek, kita harus faham dan mengerti akan hasil akhir proyek
tersebut seperti apa, hal-hal apa saja yang ingin didapatkan, apa yang
diinginkan Klien.
Baru untuk mendapatkan hasil
seperti yang diinginkan itu, kita akan memakai metode apa, alat yang dipakai
apa saja, SDM yang terlibat siapa saja yang kompeten, dan juga tentative waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Tentunya semua sesuai dengan
spesifikasi teknis yang sudah disepakati. Barulah dari situ kita kaji mundur
lagi seperti dasar teori yang dibutuhkan
sesuai pekerjaan, latar belakang masalah, kenapa harus dilakukan pekerjaan itu,
dsb.
Pemikiran seperti itu dimaksudkan
agar kita dapat mempunyai acuan dan bekerja secara sistematis tidak secara
serabutan (acak). Dan pekerjaan kita dapat berjalan efektif dan efisien tidak
ngelantur kemana-mana. Hal-hal yang tidak perlu, yang kira-kira tidak mendukung
tercapainya hasil akhir tadi (biarpun hal itu bagus) tidak usah kita kerjakan
karena hanya akan memperlambat system kerja kita dan bisa jadi hasil akhirnya
tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Begitu juga dengan kehidupan dan
karir pekerjaan kita. Kita harus bisa memandang jauh kedepan. Kita harus tahu/paling
tidak mempunyai gambaran dan angan-angan (misal) di umur tertentu katakan (40
tahun) kita ingin menjadi apa dan memiliki kehidupan dan pekerjaan seperti apa.
Kemudian umur 50 tahun bagaimana, kapan kita akan memutuskan pensiun, setelah pensiun
mau ngapain. Tentunya sasaran kita harus realistis, relevan dan berhubungan dengan keadaan kita sekarang ini.
Dan semuanya tidak bisa diukur hanya secara materi saja.
Sebagai contoh : seorang field
engineer (30 tahun) yang bekerja di tengah laut, dia sering meninggalkan
keluarganya untuk bekerja di tengah laut, jauh dari daratan dan komunitas social.
Sebagai benefitnya dia digaji sangat besar oleh perusahaannya (karena memang
resiko dan lingkungan bekerjanya). Sebenarnya dia tidak terlalu enjoy dengan
pekerjaannya itu apalagi sering jauh meninggalkan keluarga. Dia berpikiran
untuk mengumpulkan modal sebanyak-banyaknya dalam waktu 10 tahun kedepan dan
berencana berhenti bekerja dan mengembangkan bisnis tertentu. Bisnis yang ingin
digelutinya itu sebenarnya adalah bisnis yang dia tidak menguasainya, hanya
melihat bahwa prospeknya saat ini sedang cerah. Dan juga tidak ada keluarganya
yang benar-benar ahli dan mumpuni menjalankan bisnis tersebut. Sehingga sewaktu
dia ingin berhenti dan menjalankan bisnis tersebut, bisnisnya tidak berjalan
dan lama kelamaan bangkrut. Diapun karena tidak punya keahlian lain mau tidak
mau kembali bekerja di laut.
Seharusnya jauh-jauh hari jika dia
ingin menjalankan bisnis tersebut dia harus tahu siapa pangsa pasar dari
produknya. Apakah produknya bisa laku, apakah ada relasi , keluarga atau
kerabat yang benar-benar menguasai bisnis tersebut dan bisa menjalankannya. Mungkin
lebih baik jika dia mulai belajar manajemen dan marketing secara praktis dari
keseharian dalam pekerjaannya. Dari situ dia bisa tahu apa yang dibutuhkan oleh
pasar dan apa yang sesuai dengan keahliannya. Kemudian setelah dia cukup relasi
dan kolega serta punya hubungan marketing yang baik barulah dia mencoba
mengembangkan bisnis sesuai dengan minat, kemampuan dan yang lebih penting
permintaan pasar.
No comments:
Post a Comment